Elegi: Mimpi, Rindu dan Perjalanan yang Memabukkan
bertautan berkali
mati sendiri akhirnya
pucukpucuk mimpi dan sunyi
menggelembung kekal seperti balon udara siap terbang berkelana
udara utara
ia berjalan kembali
bersakit meski
mati pula nantinya
geregetan melihat rona pelangi suka mempermainkan hati
atap bocor air hujan turunlah memenuhi gelembung maya
diujung perjumpaan
oleh sebab ketiadaan ia menghilangkan jejakjejak yang sempat tertaut mimpi
beranda hampir musnah sekali
ketika mengingat bayang itu mencabik luka
temaram semakin gelap dan tersamarkan oleh nyali
ketakutan dan kekawatiran menjadi hidangannya
udara semakin keruh oleh katakata
tulisan dan namanama yang terpampang pada bukubuku tebal berhalaman rapi
tertekan oleh maut yang mengintai
derap darah yang membercak kentara
sendirian ia akan mengarungi halamanhalaman sunyi
mencoba halhal yang belum terpikirkan dan termimpikan olehnya
sebab udara kian jauh bila tak harus bersua
oh, kotak ini terkunci rapat sekali
sudah cukup perjumpaan ini
wajahmu pasi hai purnama
masih ada sisa waktu dan nafas dalam perjalanan nanti
boleh aku berpamitan sejenak, merampungkan hening rindu dan katakata
disisa malam berangkatlah mencari sekerat daging yang terpisah dari jiwa
dan angguranggur memabukkan jati diri, o malam dingin begini
Jakal KM 14 Jogja, 08 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/elegi-mimpi-rindu-dan-perjalanan-yang.html
0 Coments:
Posting Komentar