Kamis, Mei 31, 2012

Adalah Cahaya

Adalah Cahaya

adalah cahaya
riwayat yang hilang
dan setumpuk catatan usang
menggenangi mata
berserakan
di manamana
kertaskertas dan abu bekas
pemujaan semalam
tentang dunia ilusi
yang melenakan
ruang yang dalam, terdalam
membekukan yang pasti
batubatu bersimbah tinta
mengarsir sendiri pada nganga luka
jangan engkau mengaburkan
semua ada catatan
meski
tiada berguna lagi
kini
namun mungkin nanti ada saatnya membuka kembali
sejarah dan riwayatriwayat itu
setelah sekian tahun terpendam
dalam tanah liat dan kegersangan gurun berpasir darah

adalah cahaya
kembali pada jalan masingmasing
guna menghisap dosa dan kesalahan
persembahan tak akan siasia
meski telah dicampakkan
karena kita manusia
kita manusia
manusia

adalah cahaya
membekukan dan mencairkan
setiap kenangan adalah makna
saling bercerita satu sama lain
apakah yang kau punyai selain cinta yang semu belaka
dan apa pula yang aku bisa selain kesetiaan tiada tara
meski pula terkalahkan

adalah cahaya
ketika rindu bersenggama dengan sunyi
haha. dia tertawa bak pemenang lotere hari ini
bukan apaapa kok ini
mungkin hanya bualan saja
tak perlu ada usap derai air mata atau malah menertawakan kebodohan diri
menganggap dia ada rasa cinta
padahal bukan
padahal bertolak belakang
apa yang kamu pikirkan?
apa yang kupikirkan?
hah

adalah cahaya
seumpama rumput itu berhenti bergoyang
buat apalagi tumpahan cerita
siasia
kubuang saja dalam tong sampah
biar membusuk lekas
duka yang luas
luka yang panas
lekas
lekas bias

adalah cahaya
kembali membekukan kenangan dan air mata
keheranan aku
matahari tiada lelahnya menertawakan kesendirian
boleh aku pinjam bahumu
sejenak saja
ada racun di mataku
silau dan bercak
ku bisa tenggelam lagi
ah. robek saja mukaku
aku tak pernah mati
menyertaimu dengan segumpal kesetiaan

Jakal KM 14 Jogja, 01 Juni 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/adalah-cahaya.html

Rabu, Mei 30, 2012

Setiaku Bertali Rindu

Setiaku Bertali Rindu

semakin habis jinggaku
semakin terasa detikdetik luka yang menganga pada sekujur jiwa
semakin mendera apa yang kuliat dan kurasa

kuncup bunga tak lagi bermekaran
di pekarangan yang kujaga
selalu bergelombang melambai matahari
meminta hujan
merindu tarian senyum yang engkau tawarkan
namun semakin sesak dada ini

dimana lagi kuncup bunga bermekar
dimana lagi kucari senja yang membakar
kopikopi masih setia
untuk dijadikan bumbu cumbu luka

semakin tangis dagingku
semakin gerilya mendung lamat mencari celah dahaga
semaku kuresapkan diri pada kerasnya perburuan jelaga

mekarlah kau bunga
meski tiada lagi senyum untuk diri
ada hal lain yang mungkin engkau inginkan
segeralah bertunas menjadi bintang di cakrawala kata
meski pula tiada kehadiran sosok diri
ada hal lain memang yang memang harus kau inginkan

dan harihari makin kusesap mendalam
kian mengharukan dan gelisah tak tertahan
semoga hanya kiasan saja dalam perjalanan
setiaku bertali rindu padamu, semoga tidak engkau lupakan
kepingan biarlah menjadi satuan dalam perjalanan panjang

Jakal KM 14 Jogja, 30 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/setiaku-bertali-rindu.html

Senin, Mei 28, 2012

Hati dan Belati

Hati dan Belati

dia
dia
sudah sempurna
dan tidak pantas pada kesendirian
mengalah aku
pada waras embun pagi yang tetap tegar berdiri

dia
dia
begitu sempurna
dan tidak boleh terluka pada kecacatan
pada hitam tiada tahu kapan bersinar seperti yang diingini

menginginkan hati
soresore begini
pada wajah berpola misteri
dan hati
di mana kau sembunyikan rindu pagi

menginginkan belati
soresore begini
pada hujan lama sekali
tiba di garis bujur jemari
kemana hai kemana lagi kau pijakkan mentari

Jakal KM 14 Jogja, 29 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/hati-dan-belati.html

Darting Serpent

Darting Serpent

ada semacam racun yang menyerap energi
ketidakberdayaan yang ada
semakin membuat lunglai
darting serpent menikam katakata
dan mati perlahan

ada semacam gurat samar
diberanda yang tercemar
sungguh tidak ingin kehilangan tenaga
bilamana harus kudekap sendiri sisasisa rindu berkeping
racunnya menyerap kata
racunnya menyerap luka
biar subuh nanti menguap sendiri
embun adalah teman yang baik selama ini
dan mentari menghangatkan tenaga yang terluka
masih bertahan dengan segala keangkuhan

Jakal KM 14 Jogja, 29 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

* Pada sebuah dini hari yang dingin. Habis cerita atau semakin membuatku tertantang untuk mendapatkan sumber insiprasi yang baru. Semoga angin masih berhembus. Aku masih bernapas.

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/darting-serpent.html

O, Luka

O, Luka

awan biru menderu
di kepalaku

dan mendayu
seperti pantai
yang mengombakkan rindu
di pelupuk hatimu
dan
hatiku

o, kiranya bukan tentang luka
dan temaram sunyi lagi
sekedar memancing katakata keluar
dari mulut yang terbakar

awan biru menggumpal
didadaku
dan mempermainkan
sesukanya
kelebat wajah dan rindu
yang mengapung pula
didasar hati
tak menjadikan cinta yang sempurna
untukku?


o, luka
derai wajah yang mungkin lama terhapus
dari memori yang hangus
terbakar amarah seorang pengelana

Jakal KM 14 Jogja, 28 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/o-luka.html

Sebuah Perjalanan

Sebuah Perjalanan

hanya titiktitik kosong dijiwa
kemudian makin lenyap dimalam sunyi
duh, kemana sisa rindu itu
tangkai bunga melayu dan merapuh lebih dulu

tercekat sendiri
menilik dan menghitunghitung garis
sebab ada halhal mengacaukan pikiran ini
namun masih ada sisasisa ruang untuk memungut kenangan manis

meski pula engkau memilih jalan sendiri
tak mengapa, ada banyak hal yang bisa dipetik
sebab pula garis memang berbeda yang kita jalani
ada halhal yang lebih penting dari sekedar urusan cinta yang pelik

so, the journey's still continues..

Jakal KM 14 Jogja, 28 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/sebuah-perjalanan.html

Jumat, Mei 25, 2012

Wajahmu Menggelisahkan Hati

Wajahmu Menggelisahkan Hati

wajah mengalihkan mata
bersemayam kalbu hijau seperti rumput liar
di semak belukar
semakin subur dan mekar
hujan mengecatnya

itukah wajahmu
sendu biru di rona batas
bulir rindu mengampas
namun terparkir di hati selalu

wajahwajah cemas dan gelap
berbaris diantara garisgaris
redup dan resah menggelisah
semakin basah rindu menggenangi diri

itukah wajahku
arsiran belum sempurna
mengapa kau merindukan seseorang hai pengelana?
bukankah ini dunia yang luas, namun satu saja yang terpaut, jawabku

benar, dia semakin akrab dimalammalam sunyiku
sepenuh dan sebesar apa gunung, tetap saja wajahnya lebih mempesona mata dan pikiran
duh, bait manalagi yang harus kurapikan
yang kemudian kubuang siasia diujung pisau

Jakal KM 14 Jogja, 25 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/wajahmu-menggelisahkan-hati.html

Usaha Penulis Lepas

Usaha Penulis Lepas

Kampanye peningkatan minat baca yang semakin gencar membuat bisnis penerbitan akhir-akhir ini terus berkembang. Makin banyak anggota masyarakat yang haus bacaan sehingga para penerbit terdorong untuk melayani pasar yang masih besar ini. Untuk memproduksi buku tentunya dibutuhkan orang-orang dengan ketrampilan menulis yang memadai dan hasil tulisannya layak terbit.

Bagi Anda yang berbakat atau berminat menjadi penulis lepas, hal ini bisa menjadi sebuah peluang usaha yang menggiurkan. Dengan menjadi kontributor atau penulis lepas bagi sebuah usaha penerbitan yang lebih besar, Anda bisa mulai mengandalkan keahlian ini sebagai sandaran hidup. Inilah langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk menjadi penulis lepas.

Langkah-langkah persiapan:1. Perluas wawasan dan gaya menulis dengan membaca lebih banyak.
2. Miliki peralatan yang dibutuhkan, yaitu buku, laptop atau komputer, mesin cetak.
3. Miliki sarananya, misalnya sambungan Internet. Kini penulis lepas lebih banyak diuntungkan dengan kehadiran internet dan teknologi yang semakin canggih karena komunikasi dan biaya (misalnya biaya, tenaga, dan waktu kirim mengirim naskah) bisa dipangkas. Internet juga menjadi perpustakaan bagi penulis yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja.
4. Sisihkan waktu dan tempat yang nyaman untuk menemukan dan mengembangkan topik tulisan. Tidak perlu menulis secara maraton, tetapi bisa dibagi menjadi beberapa jam diselingi istirahat.
5. Lakukan wawancara dengan narasumber jika diperlukan.
6. Terus perkaya diri dengan makin banyak membaca.

Langkah-langkah pelaksanaan:
1. Terus memperbaiki kualitas tulisan dan mengasahnya dengan menulis setiap hari.
2. Tentukan ragam bahasa yang akan digunakan dalam tulisan. Seperti berpidato, kita harus menggunakan nada yang tepat dalam menyapa hadirin, dalam hal ini pembaca tulisan.
3. Tulis tentang bidang-bidang yang Anda kuasai.
4. Miliki daftar alamat kontak penerbit/ media massa yang fokusnya relevan dengan tema tulisan Anda.
5. Minta orang terdekat untuk membaca dan memberikan pendapat objektif tentang mutu tulisan kita. Atau untuk lebih akurat lagi, berkonsultasi pada penulis yang lebih senior.
6. Kirimkan hasil tulisan ke media massa atau penerbit.

Langkah-langkah marketing:

1. Kirimkan tulisan langsung ke media massa yang relevan dengan tema tulisan Anda. Mengirimkan naskah dengan tema seni kontemporer ke majalah berkebun tentunya tidak tepat.
2. Datanglah dan serahkan tulisan secara langsung ke kantor penerbit atau media massa yang visi dan misinya sesuai dengan tulisan Anda.

Tantangan:

1. Tenaga dan waktu untuk memasarkan tulisan kurang. Mendatangi secara langsung kadang menghabiskan tenaga dan waktu, apalagi jika belum bisa dimuat.
2. Plagiatisme adalah masalah serius dalam dunia penerbitan. Untuk itu diperlukan kejelian agar karya tidak menjadi sasaran empuk plagiator.
3. Diperlukan waktu tersendiri dan konsentrasi yang tinggi dalam menyelesaikan tulisan. Jika Anda memiliki banyak kegiatan selain menulis, maka ini akan menjadi tantangan terberat Anda.

Selasa, Mei 22, 2012

Mimpi yang Tersembunyi

Mimpi yang Tersembunyi

sepasang mawar
biru dan putih memekar

di beranda hati
membawa rindu dan sunyi
lubuk yang dalam
dalam ruang dimana kita membereskan beberapa sajak
kemudian ada sepotong cahaya melingkari tubuh
o itu adalah butiran sajak putih
yang mengental dan memantul dari pujangga lama
tercenung memikirkan nasib
puisi yang terpenggal kini

aduhai, mataku hilang sebelah
kemana mencari dan mengapa
ada butiran debu yang menempel satunya
aku mengalah
aku kalah

diantara ikanikan di kolam
saling bersaing memperebutkan umpan atau makanan
tubuhku juga kalam
gelisah yang membeku biru dan tenggelam

entah mengapa, wajahmu memenuhi kepala dan ingatanku
apakah kiranya itu aku juga dalam mimpimimpi yang kau ceritakan
tiga malam dalam wajah yang sama
oh katakan saja, jangan buat penasaran diriku

pada akhirnya aku mengalah
dan benarbenar kalah

Jakal KM 14 Jogja, 22 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/mimpi-yang-tersembunyi.html

Senin, Mei 21, 2012

Harapan Sunyi

Harapan Sunyi

hujan berkesudahan
namun rindu masih menempel erat dalam lingkar sunyi
di pelupuk hati
dan kemudian hening tak bersisa
hanya bayang samar wajahmu

kuraut sepucuk rona
warnawarna pelangi yang memudar
ada kalanya hitam terarsir manis
dalam cangkircangkir kopi
masih saja bercerita tentang hangat kopi
mengepul asap
lariklarik makin tersusun
bait hujan, rindu dan kopi
dimana lagi harus kusimpan resah gelisah
kekwatiran melanda
musim hujan kapan datang lagi, hujan masa depan
bersemi dan bertunas namanama baru
dalam ruang dan dunia "kita"

kuharap tak sekedar teman dalam ruang ini
masih saja ada harapan untuk memulai kehidupan baru
dirimu yang kutuju
berkenanlah hadir dan menyesap rindu ini

Jakal KM 14 Jogja, 21 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

Rabu, Mei 09, 2012

Di Mimpiku

Battle Poetry: Di Mimpiku

semacam rindu yang kugores pada dinding sepi
terbiar lirih menyebut tentang engkau
dan hari adalah rentang yang tak henti kututupi
kadang sengaja kulupa supaya tak lama
matahari terbit di timur lagi

pada pagi kubuka jendela
kutanya bagaimana engkau lewati malammu
aku masih sama seperti tadi
tentangmu di mimpiku

Batavia, 100512

mimpi beku
jadi tentang dingin rindu
yang
ketika kau buka pintu
udara berhembus sejuk
di dadaku
dan
pula kisah semalam
ada geletar darah yang menggebu
ini makin membunuhku
rindu pilu


Ruang Maya, 10 Juni 2012

*) Sinyo April (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)

Puisi diambil dari sini.

Selasa, Mei 08, 2012

(Battle Poetry) Dibawah Pendar Bulan

(Battle Poetry) Dibawah Pendar Bulan

di bawah pendar bulan malam ini
angin merenda bisik jangkrik.
di papan jati hitam. ibu suri tengah berpakai tikai
oh, mata siapa yang pandang memandang?

seperti gemuruh badai
keidakkaruan suasana
ada bercak darah di lantai
bekas pemotongan puisi
mati bersimbah duka


Ruang Maya, 08 Mei 2012

*) Refila Yusra (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/battle-poetry-dibawah-pendar-bulan.html

Bunyi dan Rindu

Bunyi dan Rindu

ada bunyi
memanggil hatiku
ada ruang sunyi
bertumbuh rindu

di dada
segumpal asap
mengepulkan awan putih
seputih kapas

air gemericik
mengalir danau hati
dalam diam ada geletar sampai pada mata
hatimu jua terpaut
dalamdalam
dalam sunyi
ku

rinduku
bersemayam seperti seorang raja
di kahyangan
kekalkah nanti
aku memlih bersembunyi diri
kusembunyikan segala rindu yang pernah tumbuh pula
dihati yang tercabik

ada bunyi pula
menggeleparkan nadi
gemuruhnya
seperti badai pasir besar
di kamar sunyi
sendirian terkapar
dan
terbakar

Jakal KM 14 Jogja, 08 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/bunyi-dan-rindu.html

Rabu, Mei 02, 2012

(Battle Fiksimini) Putri Mimpi

(Battle Fiksimini) Putri Mimpi

Disini manusia memiliki nama dan wajah yang serupa. Sssstt.. Kamu tau? Penjaga mimpi sering tertipu. Dia mengira aku akasia padahal akasia itu ada di belakangnya.Hmm..Penjaga itu mulai amnesia! Aku suka memperolokkannya dengan sapu ijuk. Kamu tau ijuk? Itu yang sering di pakai nenek sihir. penjaga mimpi, takut dengan itu. Karna nenek sihir suka lupa pake gigi.
"Oooow..! Aku ngumpet dulu ya. Penjaga mimpi mulai mendekati persembunyianku"

Ssssttt..

* * *

Jadilah putri yang tegar. Kala malam mencekam sunyinya. Datang pula si penjaga.
"Sudah waktunya berbenah!" teriak sang penjaga.
Duh, mana aku lupa menyikat gigi ini.
"Ya, tunggulah sebentar. Ada hal yang harus kupersiapkan sebelum memulai pertunjukkan ini".
Kemudian aku mulai mencari nama-nama yang ada dalam kotak ajaibku. Hahaha.. Ketemu. Aku kegirangan.
"Hm... Kenapa harus dia..??"
* * *

Kamu harus berani mengucap nama itu. Sebab nama adalah sesuatu yang asing disini. Karena asing, jadi itu nilainya jika dibawa ke anak TK 10. Jika ke anak SD 100, dan seterusnya. Nama di sini memang suatu yang menggiurkan. Hanya untuk mendapat nama, anak beranak di sini jadi gila. Dia lupa kalau nama adalah petaka. Oh, pepatah siapa yang membudak..

* * *

Bukan dia yang membikin, si penjaga itu! Oleh sebab keserakahan masing-masing kita. iyakah? Sang penjaga hanya menjalankan titah sang gelap. Putra kegelapan ketika kita memejamkan mata.
Diam-diam kita sering meminjam kosakata asing buat menutupi jejak. Dalam pementasan semu pula melanturkan lelaguan dan bebunyian.
"Awas si nenek sihir datang!".
Kita menyergap pepohonan. Aduh rindangannya.
"Terima kasih pohon, kamu telah menyelamatkan kami".
Aku pikir ini tempat yang bagus buat bermain-main ketika senja tiba.
"Oh ya, namamu siapa pohon?"

* * *

Sssstttt.. Kita jangan sembunyi di bawah pohon itu. Setidaknya jangan akasia. Dia memang rindang seperi Albizia sama yang juga rindang. Tapi ingat, di rindangnya banyak kecoa..Mereka suka anak kecil seperti kita. Nenek sihir juga suka, tapi kecoa lebih beringas..Dia mampu menjadikan alam raya kotor. Bauk!
"Ah, sudahlah..Sebutkan saja siapa namanmu???".

* * *

Tidak, kupikir kamu akan tahu suatu saat nanti. Bila tiba waktunya kau akan tahu sendirilah. Perihal apa dalam pertunjukan nanti. Ada banyak hal yang harus kusimpan dan kupelajari sendiri dulu. Kau tidak bolehlah tahu dahulu. Itu bisa celaka. Langit murka dan menurunkan panah-panah hitam seperti ijuk yang marah pada bumi. Melesat cepat bak peluru menghujam tanah.
"Kau tidak inginkan tanah hijau ini jadi rusak oleh sebab hal-hal kecil yang belum waktunya kau ketahui?".

* * *

"Oya, aku belum bilang padamu kan?".
Bahwa penjaga mimpiku ini wajahnya serupa raksa--mercuri yang teramaaaat putih. Dan mimpi kerap terbohongi, kalo panjaga ini jubahnya bertato akasia. Kau tahu tidak? Di balik jubahnya ada merpati. Banyaak sekali. Pernah aku meminta satu merpati. Tapi dia bilang, "Ini bukan mainanmu, dik!" aku kesal!.

Ruang Maya, 03 Mei 2012

Selasa, Mei 01, 2012

Mementaskan Sendiri

Mementaskan Sendiri

ketika malam menghampiri
ada kalanya gairah menyergap tubuh
ditimpuh kepingkeping sunyi
dan dikebiri sendiri
ia menarinari mementaskan perjalanan jauh
seorang gelisah berdandan ala petruk
sebab ruh tubuh telah menjauh pula
pada Ruh Sejati
dimana ia akan mencarinya
oleh hujan akan berkelana sedapatnya
kemana kaki menghentak
kemana angin berhibak

ketika malam hendak lari
ia menjumpai aura sebelum mati
sempat bercakap mengenai materi dan dunia
apakah pantas ia raih atau tinggalkan
dunia dongeng dan dunia mimpi

sepertinya ia hanya sanggup mengeja huruf orang lain
sebab tak mampu ia memetakan hidupnya sendiri
terlalu lama berasyik diri membuat matahari terlalu cepat berlari
menuju ruang dan dimensi lain

akankah ada teman bernama setia
kemana dan bagaimana malam berteduh
o, dia tersenyum sendiri
menyaksikan tubuhnya babak belur dihajar gada malaikat

Jakal KM 14 Jogja, 01 Mei 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/mementaskan-sendiri.html

Melati Sunyi

Melati Sunyi

semerbak melati sunyi
di ruang kelana

beranda patah yang terjaga
romantika sepasang kekasih

berjelaga kian muram
ditepi hati yang bersemi

rerintik hujan membawa beberapa larik rindu
pada tebal bibir seorang pemanggul kata
ia taburka sedikit kisah pada hidupnya
melati sunyi yang ranum
wajahnya mengental dalam hati

sekian waktu berapa lama ia akan terjaga
menjaga yang ia cinta

duhai pemanggul kata
ikhlaslah memelukku erat
dalam pertapaan rona jingga
yang kian berat kala matahari berpendar cahya
yang sunyi beralamat pada hati seorang saja
dia
melati sunyi yang kurindu dan kunantikan suatu saat

Karanganyar Solo, 30 April 2012

*) Ekohm Abiyasa

http://serampaikata.blogspot.com/2012/04/melati-sunyi.html